Tuesday, September 7, 2010

Kecamatan Pulau Maya Karimata

Pulau Maya Karimata (PMK) merupakan salah satu Kecamatan pantai yang terletak disebelah Timur Kabupaten Kayong Utara. Kecamatan ini terdiri dari beberapa gugusan pulau kecil, yaitu 61 pulau besar dan kecil. Luas PMK mencapai 1.099 KM2 (3,07 %) dengan penduduk berjumlah 17.269 jiwa dan 26 dari pulau tersebut tidak ada penghuninya. Pulau pulau kecil ini merupakan kekayaan dari kecamatan PMK yang perlu dipelihara dan diselamatkan keberadaannya.
Kekayaan yang berada diperut bumi, didasar laut dan didaratan belum diketahuisecara pasti dan ini merupakan potensi alam yang belum tergarap. Pusat pemerintahan kecamatan terletak di Tanjung Satai yang termasuk dalam gugusan Pulau Maya. Untuk menuju ke kecamatan ini hanya dapat dilalui dengan kendaraan air, berupa kapal kelotok, speed boat, dan perahu layar. Demikian juga hubungan antar desa yang terdiri dari pulau pulau, sangat tergantung dengan kendaraan air. Namun bila musim angin besar kapal kapal kecil agak sulit untuk melintasan kawasan pulau pulau ini, terutama pada saat angin Barat dan Angin Selatan. Letak kecamatan ini cukup strategis diantara Selat Karimata dan Laut China selatan, sehingga merupakan tempat pelayaran antar pulau dan antar negara. Beberapa negara seperti Malaysia, Singapura, Thailand dan Jepang memanfaatkan pelayaran melalui selat Karimata untuk jalur perdagangan. Pada zaman penjajahan Belanda kawasan ini merupakan jalur perdagangan antar Tiongkok menuju Eropa, oleh karena itu lintasan ini sering juga disebut lintasan segi tiga emas antara Kalimantan, Johor dan Singapura. Di kawasan ini juga terdapat kawasan Cagar alam Pulau Maya Karimata yaitu merupakan kawasan perlindungan alam yang terletak di selat Karimata yang berdekatan dengan Laut China Selatan da Pulau Kalimantan. Kawasan ini meliputi hutan pantai, hutan berkarang, luasnya mencapai 105.000 ha, secara administratif merupakan wilayah Kecamatan Pulau Maya Karimata - Kabupaten Ketapang - Kalimantan Barat. Pulau-pulau di kecamatan Pulau Maya Karimata Pulau Maya adalah:
1. Pulau Korok
2. Pulau Karimata
3. Pulau Aur
4. Pulau Penebangan
5. Pulau Julai
6. Pulau Pelapis Air asin
7. Pulau Terusan Haji
8. Pulau Buan
9. Pulau Burung
10. Pulau Meladang
11. Pulau Gurung Besar
12. Pulau Layah Besar
13. Pulau Gurung Kecil
14. Pulau Betok
15. Pulau Aruh
16. Pulau Pelapis Tengah
17. Pulau Perling
18. Pulau Pelapis Kelelawar
19. Pulau
20. Hantu
21. Pulau Suka
22. Pulau Nanas laut
23. Pulau Pelapis Ayer tiris
24. Pulau Bulat
25. Pulau Serutu
26. Pulau Mensigi
27. Pulau Sireh
28. Pulau Layah Kecil
29. Pulau Pandan
30. Pulau Bakung Kecil
31. Pulau Bangkung Besar
32. Pulau Lesing
33. Pulau Macan
34. Pulau Tawas
35. ulau Papan
36. Pulau Besi
37. Pulau Genting
38. Pulau Geresik
39. Pulau Mentangor
40. Pulau Pelubang
41. Pulau Uma
42. Pulau Air
43. Pulau Kerawang
44. Pulau Sungur
45. Pulau Tonkong Perangih
46. Pulau Sumur
47. Pulau Kera
48. Pulau Bulu
49. Pulau Penangis
50. Pulau Kepayang
51. Pulau Ular
52. Pulau Leman
53. Pulau Nibung
54. Pulau Surung Gading
55. Pulau Genting
56. Pulau Begunung
57. Pulau Belian
58. Pulau Busung
59. Pulau Dua
60. Pulau Meresak
61. Pulau Nanas

Dari: Wikipedia

SUKADANA

Sukadana adalah batu cap atau batu bergambar (rock painting) yang berada di Desa Sedahan, kecamatan Sukadana, Kabupaten Kayong Utara, merupakan salah satu peninggalan sejarah pada masa lampau. Peninggalan ini diduga merupakan warisan nenek moyang bangsa Ketapang yang pertama kali meninjakkan kaki di Kalimantan.
Keturunan orang Ketapang menurut legenda berasal dari Indochina atau India belakang, berimigrasi ke Kalimantan dan terlebih dahulu singgah di Kepulauan Karimata. Kemudian tempat pendaratan ke dua adalah Sukadana yang pada masa dulu merupakan tempat yang strategis dilihat dari Laut Cina Selatan
Batu bergambarkan coretan yang sampai kini belum jelas artinya ini merupakan situs purbakala yang ditemukan sejak tahun 1874 diduga merupakan jejak imigran itu. Menurut beberapa Arceolog yang datang, batu bertulis ini sudah tercatat di Jakarta sebagai Situs Purbakala, ditemukan sejak tahun 1874 tetapi tidak mengetahui siapa yang menemukan perama kali batu itu. Dugaan sementara batu ini ada pada zaman sebelum mengenai tulisan , jauh lebih tua dari batu bertulis yang ada.
Batu Cap ini ramai dikunjungi oleh kalangan orang Tionghoa, untuk berbagai keperluan. Sedang pihak pengunjung lain misalnya adalah para peneliti dari Pusat Arkeolog nasional di Jakarta dan para peneliti muda bidang pra sejarah dari Balai Arkeolog yang ada di Bandung dan sejumlah Mahasiswa peneliti lainnya.
Kepala Kantor Informasi Kebudayaan dan pariwisata (inbudpar)Ketapang Yudo Sudarto usai mengadakan kunjungan ke situs ini mejelaskan, bahwa jati diri sebuah bangsa merupakan kekuatan utama untuk menghadapi persaingan global yang terasa semakin ketat dewasa ini. Kearifan masa lalu dapat dipakai sebagai pijakan menentukan arah strategi suatu bangsa untuk mempertahankan eksistensinya. Karena disadari atau tidak, nilai-nilai yang terkandung dalam objek peninggalan masa lalu sangat bermanfaat, antara lain dalam bidang akademi, ideologi, serta ekonomi. Untuk mengunjungi tempat ini dapat menggunakan kendaraan roda empat atau roda dua. Tranportasi cukup lancar, namun pengunjung perlu menempuh berjalanan mendaki selama 1 jam untuk dapat mencapai lokasi di bukit yang cukup terjal.
Gua tersebut merupakan gua alam, diduga merupakan tempat pemujaan atau tempat bersemedi nenek moyang bangsa Indonesia. Lebar batu 14 meter dengan dinding yang bergambar seluas 10 m2. Tulisan yang tampak berbentuk coretan gambar dan lambang-lambang seperti huruf paku yang tidak jelas. Belum banyak yang diungkap dari para peneliti mengenai batu cap ini, mengingat struktur huruf atau gambar yang berbeda dengan penemuan lainnya di Indonesia. Situs ini sekarang sudah masuk cagar Budaya di Kabupaten Ketapang.

Dari : Wikipedia Indonesia